Polisi Selidiki Kematian Misterius Diplomat Muda Kemlu, Libatkan Komnas HAM hingga Ahli Forensik

Polisi ungkap hasil penyelidikan lebih lanjut terhadap kematian ADP diplomat Kemlu. (Foto: Unsplash)

PARBOABOA, Jakarta - Penyelidikan terhadap kematian misterius diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39), terus berlanjut. 

Hari ini, Senin (28/7/2025), Polda Metro Jaya kembali melakukan gelar perkara dengan melibatkan sejumlah pihak eksternal demi menjamin transparansi dalam proses investigasi.

Unsur eksternal yang dilibatkan meliputi perwakilan Kemlu, tempat ADP bekerja, serta tim pengawas independen seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). 

Lokasi kejadian yang berada di atap gedung Kemlu juga menjadi bagian penting dalam proses gelar perkara.

Tidak hanya itu, sejumlah pakar di bidang forensik turut dilibatkan. Mereka terdiri atas dokter forensik yang enangani autopsi, tim laboratorium forensik, hingga ahli psikologi forensik. 

Semua temuan dari berbagai bidang keahlian ini nantinya akan digabungkan demi mengungkap penyebab kematian ADP secara menyeluruh.

Sebelumnya, pihak penyidik juga berhasil mengungkap asal usul lakban kuning yang ditemukan melilit wajah korban saat jasadnya ditemukan di kamar kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, menyatakan lakban tersebut dibeli langsung oleh ADP di sebuah toko perlengkapan di kawasan Gedong Kuning, Yogyakarta, pada akhir Juni 2025. 

Pernyataan itu diperoleh dari keterangan langsung sang istri yang menyebut ADP membelinya "di Toko Merah di Yogyakarta menjelang akhir Juni lalu.”

Lebih lanjut, polisi menemukan bahwa lakban serupa juga ada di rumah korban di Yogyakarta. Barang itu akan segera disita sebagai barang bukti pembanding dalam proses penyelidikan.

Dari keterangan rekan kerja ADP, diketahui bahwa lakban berwarna mencolok itu kerap digunakan oleh pegawai Kemlu yang melakukan perjalanan ke luar negeri. 

Tujuannya bukan untuk melakukan hal mencurigakan, tetapi "sebagai penanda barang agar mudah dikenali di area bagasi, mengingat warnanya yang mencolok,” ujar Ade Ary, Senin (28/7/2025).

Sebelum ditemukan meninggal dunia, ADP diketahui sempat naik ke rooftop Gedung Kemlu RI pada Senin (07/7/2025) malam. Ia berada di sana selama sekitar 1 jam 26 menit dan meninggalkan dua tas di lokasi tersebut.

Keesokan paginya, Selasa 8 Juli 2025, jasad ADP ditemukan dalam kondisi mengenaskan oleh penjaga rumah kos sekitar pukul 08.30 WIB. Wajah korban terbungkus plastik dan dililit lakban kuning. 

Polda Metro Jaya berkomitmen menuntaskan penyelidikan kasus ini menggunakan pendekatan scientific crime investigation.

Dalam perkembangan terbaru, polisi juga mengungkap isi tas yang ditinggalkan korban di rooftop Gedung Kemlu, tepatnya di lantai 12 area tangga darurat.

Isi tas tersebut cukup beragam, mulai dari laptop, pakaian baru, sejumlah obat-obatan pribadi, barang belanjaan, beberapa nota, serta perlengkapan kantor. 

Selain itu, ditemukan pula surat rawat jalan atas nama korban yang berasal dari sebuah rumah sakit umum di Jakarta. Anehnya, tak ada ponsel yang ditemukan di antara barang-barang pribadi korban.

Hingga kini, pihak kepolisian terus mendalami berbagai temuan ini untuk mengungkap motif dan penyebab kematian ADP secara komprehensif.

Desakan DPR

Terpisah, Komisi III DPR RI menyoroti lambatnya penanganan kasus kematian diplomat Arya yang hingga kini belum juga menemukan titik terang meski telah berlalu lebih dari dua pekan.

Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, mengungkapkan bahwa pihaknya telah meminta penjelasan dari kepolisian terkait progres penanganan perkara tersebut. 

Komisi III disebutnya telah "mengajukan permintaan resmi agar perkembangan penyelidikan dapat segera disampaikan."

Sementara itu, anggota Komisi III DPR lainnya, Hinca Panjaitan, juga menegaskan bahwa institusinya telah mendorong kepolisian untuk menggunakan seluruh kapasitasnya dalam mengusut tuntas kasus ini. 

Ia berharap metode penyelidikan berbasis ilmiah yang selama ini digunakan aparat bisa mempercepat pengungkapan.

"Kami berharap dengan pendekatan scientific investigation yang didukung anggaran memadai dari Komisi III, kepolisian dapat mengungkap secara menyeluruh apa yang sebenarnya terjadi," ujar politisi Partai Demokrat tersebut, Senin (28/7/2025).

Hinca menambahkan bahwa meski dari permukaan kasus ini tampak sederhana, kenyataannya proses investigasi justru menjadi kompleks karena bukti-bukti yang ada belum menunjukkan arah yang jelas. 

“Sepanjang pengalaman saya mempelajari hukum, ini baru pertama kalinya saya melihat ada korban yang ditemukan dengan lakban menutupi seluruh wajahnya. Ini tentu sangat janggal,” tuturnya.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS